Arkeologi FIB Unhas ekskavasi Benteng Somba Opu

Arkeologi FIB Unhas ekskavasi Benteng Somba Opu
Arkeologi FIB Unhas Lakukan Ekskavasi Penyelamatan Benteng Somba Opu (dok: Humas Unhas)

IKASMANSAMKS.ORG – Departemen Arkeologi pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin kerja sama Badan Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Sulselbar melakukan ekskavasi penyelamatan Benteng Somba Opu. Kegiatan berlangsung sejak Jumat (21/05) hingga Minggu (06/06), melibatkan 120 orang yang terdiri dari 43 mahasiswa, 12 dosen dan 65 pegawai BPCB.

Ketua Departemen Arkeologi, Dr. Rosmawati, S.S., M.Si., menjelaskan kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka implementasi program Merdeka Belajar Kampus Merdeka.

“Tujuannya untuk mencari jejak peninggalan Benteng Somba Opu, utamanya bentuk utuh benteng, termasuk dinding utara guna mengetahui sejauh mana batas dinding utara yang pada zaman dahulu berbatasan langsung dengan lautan,” kata Dr Rosmawati.

“Kami juga mencari jejak istana yang berada di dalam kawasan Benteng Somba Opu. Hasil dari kegiatan ekskavasi adalah menemukan dinding Benteng Somba Opu yang selama ini belum diketahui keberadaannya,” jelas Rosmawati.

Selain fokus melakukan ekskavasi, juga direncanakan membuat zona edukasi. Namun, karena kurangnya bukti data sejarah visual, yang ada hanya informasi dari pembacaan naskah. Tim yang terlibat juga menemukan alur sistem drainase tanpa menganggu cagar budaya.

READ:  Keluarga SOSBOFI buka puasa di Masjid Ar Rasyid Smansa 89 Makassar

Rosmawati berharap ekskavasi bisa berlanjut. Harapannya, dapat menemukan bentuk utuh Benteng Somba Opu, menemukan jejak istana dalam benteng, memperbanyak bukti sejarah visual guna pembuatan zona edukasi serta menemukan sistem drainase awal Benteng Somba Opu agar genangan air saat musim hujan bisa hilang dan dinding tidak menjadi rapuh oleh genangan.

“Hal penting lainnya adalah mahasiswa kami langsung praktek ekskavasi dan belajar kepada para arkeolog Sulawesi Selatan dari berbagai instansi. Situs Benteng Somba Opu merupakan bekas pusat Kerajaan Gowa abad 16-17. Sekarang, kawasan tersebut dijadikan sebagai taman budaya dan laboratorium untuk praktik mahasiswa,” kata Rosmawati. (*/bur-fib/mir)