Catatan Junaldi Monoarfa pada final leg 1 AFF2020: Indonesia kalah kelas

Catatan Junaldi Monoarfa pada final leg 1 AFF2020: Indonesia kalah kelas
Junaldi Monoarfa (ujungf kanan) bersama ketua IKA Smansa Makassar, Andi Ina Kartika Sari bersama alumni Smansa angkatan 2017 yang dapat door prize jersey Timnas (dok: istimewa)

“Kekalahan dari Thailand bukan aib yang harus diratapi. Tidak juga perlu menghujat dan memaki pemain karena memang secara peringkat saat ini kita satu level di bawah Thailand.”

IKASMANSAMKS.ORG – Junaldi Monoarfa, ketua bidang olahraga PP IKA Smansa Makassar mencatat beberapa penilaian setelah menonton final Piala AFF Leg 1 bersama ketum A. Ina Kartika Sari dan tidak kurang 30-an alumni Smansa Makassar dari angkatan 2017 hingga angkatan 80-an.

Yuk simak.

Timnas Indonesia harus mengakui kehebatan Thailand pada final leg 1. Indonesia memang kalah kelas dari Thailand. Mulai dari kematangan bermain, teknik, stamina, sampai mental semuanya milik Thailand.

Statistik bisa dijadikan rujukan. Penguasaan bola Thailand unggul 67 persen berbanding 33 persen.

Lalu peluang, Thailand punya 19 dengan 9 on target. Indonesia hanya 4 dengan 1 on target. Operan 536 untuk Thailand, Indonesia hanya 266. Akurasi operan Thailand 85 persen dan Indonesia 72 persen.

Indonesia hanya unggul jumlah pelanggaran 22 kali berbanding 14.

Jadi, kekalahan dari Thailand bukan aib yang harus diratapi. Tidak juga perlu menghujat dan memaki pemain karena memang secara peringkat saat ini kita satu level di bawah Thailand.

READ:  PKM LP2M Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas perkenalkan inovasi produk berbahan ubi di Gowa

Dari sisi usia misalnya, Thailand sudah sangat matang dengan rata-rata 27,10 tahun. Usia emas pesepakbola. Sementara rata-rata usia #garudaindonesia 23,8 tahun. Artinya, asnawi cs butuh waktu 4 tahun untuk bisa matang seperti Thailand.

Kekalahan #timnas tak perlu disesali berlebihan. Tapi, harus diambil banyak pelajaran.

Apa itu? Bahwa untuk membentuk tim yang tangguh tidak bisa instan, tapi harus melalui proses yang terstuktur, sistemik, dan benar.

Saat ini, timnas di bawah coach Shin Tae Yong sedang membangun pondasi baru yang kokoh agar 3-4 tahun kedepan bisa dibangun prestasi yang lebih baik. Kita harus membuka mata, jangan fanatik buta. bahwa negara tetangga sudah semakin maju sepakbolanya.

 

Ewako Indonesia!