Dari webinar seri 4 SOSBOFI: Jalan berliku bos Raja Pindah dan urgensi mindset baru di tengah pandemi

Dari webinar seri 4 SOSBOFI: Jalan berliku bos Raja Pindah dan urgensi mindset baru di tengah pandemi
Para peserta webinar SOSBOFI seri 4 (dok: istimewa)

“Jangan-mi cari profit dulu, yang penting survive. Satu hal yang paling mendasar adalah mindset untuk survive di tengah pandemi. – Dr Muhammad Ridwan ‘Ridho’ Arief

 

IKASMANSAMKS.ORG – Pandemi COVID-19 mendera berlapis kalangan. Tak kenal kasta sosial, jenis dan profesi pekerjaan dan lokasi, semua kena. H. Arief Rachman Pabettingi, pengusaha ekspedisi mengakui bisnis yang digelutinya sejak 13 tahun lalu juga tedampak. Dari 200 customers, tersisa hanya 40-an. Dari transaksi 9 digit menjadi ‘hanya’ dua ratusan juta perbulan.

Arief yang merupakan bos ekspedisi di Makassar bernama Raja Pindah mengungkapkan itu saat berbagi pengalaman, inspirasi dan ‘way out’ pada webinar Seri 4 SOSBOFI Berbagi Inspirasi yang digelar oleh Pengurus IKA Smansa 89 Makassar pada Minggu, 4 Oktober 2020.

Selain Arief, hadir pula penanggap, Dr Muhammd Ridwan Arief yang merupakan akademisi sekaligus praktisi bisnis. Pria yang biasa disapa Ridho ini adalah Doktor bisnis dan merupakan jebolan salah satu perguruan tinggi di Australia.

Tercatat 17 peserta pada webinar berkala SOSBOFI ini yang didominasi anggotanya seperti akademisi Fakultas Teknik Unhas Dr Sapta Asmal, praktisi perencanaan dan analis lingkungan Taswin Munier, M.Sc, Muhammad Arafat (bankir), Amrullah Arifin (IT expert), Ustadz Kurniawan Jaya, dr Indra Kadir, SpOnk.

Hadir pula Yayuk Sultrarini (ASN di KLHK Jakarta), Wira Chaniago, Minhajul Abidin (praktisi CSR), Wardah Bima (ASN dari Pekanbaru), Dharma Kuba (akademisi Poltek Pariwisata), Dr Hermien A. Magga (akademisi Universitas Cokroaminoto), Eky de Fretes manager konstruksi dan beberapa sahabat SOSBOFI yang tidak sempat disebutkan satu persatu.

Berliku

“Terus terang, dari sekumpulan anak-anak Smansa 89 Makassar, sayalah sebagian kecil yang tidak lolos masuk di Unhas,” katanya membuka cerita.  “Dari sekian banyak teman kelas, cuma tiga orang yang tidak lolos di Unhas, termasuk saya.”

Dia menyatakan bahwa dengan sedikit kecewa, dia mendaftar ulang di tahun berikutnya. “Tapi tidak lolos lagi, kayaknya saya harus kerja ini. Saya melanglang ke berbagai tempat di Kalimantan, di Balikpapan,” kenangnya.

Arief mengakui bahwa selama di Balikpapan, segala pekerjaan telah digelutinya. “Banyak, saya jalani, saya sempat jual coto, jadi tenaga marketing produk bahasa Inggris dan sempat jadi kuli bangunan.”

Raja Pindah, belasan tahun melayani orang pindah (dok: K. Azis)

“Selama 2 tahun di sana, saya sempat jadi tenaga marketing, saya balik ke Makassar, ada perusahaan ekspedisi buka lowongan, salah satu yang terbesar, MSA,” sebutnya.

Singkat cerita, Arief diterima di MSA Cargo. Di perusahaan ini karirnya berkembang, dari lini satu ke lini lain, dari urusan kerja kantoran dan lapangan.

“Saya geluti hampir 8 tahun, segala bentuk pekerjaan, marketing, operation, keuangan, sampai, administrasi, saya jalani,” ungkapnya. Dia pun sempat jadi supervisor barang-keluar masuk di bandara. Dia juga sempat pindah ke salah satu perusahaan ekspedisi lainnya dan bergelut dengan barang ekspor-impor.

“Saya sempat bekerja selama setahun di perusahaan itu sebelum akhirnya bertekad mandiri untuk usaha sendiri di tahun 2002,” imbuhnya.

“Saya rintis tapi bukan Raja Pindah atau perusahaan sekarang tapi SBA Express, city courier,” jelasnya. Saat menggeluti inilah, Arief mendapat ide saat diminta menangani pengiriman tidak kurang 8 000 pucuk surat.

READ:  Smansa 85 Makassar akan gelar liga futsal 3 awal September dengan prokes ketat

“Saya jalan sampai 2003, sampai 2006, dalam artian, sudah kenal volume barang, dari sisi produk, dan volumen barang yang besar.”

Jalan bisnisnya terkuak dan lempang di tahun 2008 saat berinteraksi dengan bank yang membutuhkan layanan delivery. Ini terjadi di tahun 2008. Dari sinilah dia bisa menemukan awal jalan yang membuatnya menggeluti bisnis seperti Raja Pindah, perusahaan penyedia layanan yang membantu warga, organisasi, swasta ataupun Pemerintah yang hendak memindahkan barang-barang.

Arief mengakui bahwa dengan bermitra bank, dia bisa berkembang dan berhasil mengambil hikmah sebagai peluang atau potensi mitra bisnis.

“Langganan saya sebuah bank dan saya bisa berkembang sejauh ini. Menyadari, ternyata saya harus serius dalam melakoni ini. Ini bisnis yang butuh kepercayaan. Terhadap vendor saya ini saya tidak bisa keluar dari waktu yang disepakati, saya standby 24 jam, sampai 7 x 24 jam,” lanjutnya.

“Untuk bisnis Raja Pindah, saya mulai tahun 2011, mencoba menggarap bisnis Raja Pindah, adalah satu produk perusahaan moving, spesialis untuk pindahan, bisa saja orang kos, pindah rumah, kantor maupun pabrik dan gudang. Itu skalanya bisa Makassar, nasional dan internasional,” jelasnya.

Dampak pandemi

Jalan bisnis Arief sejak menggeluti ekspedisi bersama MSA, usaha sendiri bersama SBA Express, hingga saat ini tak mudah, terjal berliku.

Untuk memastikan denyut perusahaan, dia tidak sungkan keluar masuk kawasan jauh dan berat seperti Papua, dia pun sempat mendapat masalah saat membeli bangunan kantornya saat ini meski kemudian berakhir dengan baik.

“Selama 9 tahun, ada banyak suka duka,” kata Arief yang mengaku pernah berkantor di Jalan Faisal Makassar sebelum pindah ke kantor berlantai tiga saat ini di Jalan Serigala Makassar.

Satu hal yang dipegang teguh Arief adalah kepercayaan pelanggan. “Ibarat produk, mereka memang harus dijaga, dirawat agar bisa digunakan, agar bisa dicari oleh pelanggan,” katanya.

Dia pun mengakui bahwa layanan Raja Pindah mungkin masih ada kendala. “Tetapi saya akan tetap berusaha agar bagaimana menciptakan inovasi dan kreativitas. Sebagai seorang pengusaha, kita perlu branding, harus selalu eksis, sampai kapanpun, karena biar bagaimanapun, kalau frame tidak rawat, akan hilang oleh masa,” ucapnya.

Dia menyebut bahwa usaha yang digelutinya juga sedikit banyak berdampak di tengah pandemi meski kalau dibandingkan sebelum dan sesudah ada pandemi, suasananya nyaris sama; bisnis ekspedisi sedang lesu.

“Di tengah pandemi, memang ada dampaknya apalagi usaha ini memang sudah terpukul sebelum pandemi. Tapi memang luar biasa tekanannya terhadap usaha, dari bulan Februari, sampai hari ini, ada beberapa teman di Jawa yang malah sudah bertumbangan, karena kendala pendapatan dan operasional,” terangnya.

Yang banyak lumpuh menurut Arief adalah yang dominan pada pengiriman udara. “Untuk perusahaan bisnis via laut masih kecil yang tutup, alhamdulillah, meski ada penurunan karena pandemi, khusus untuk pengiriman laut tetap jalan dan stabil walaupun ada penurunan,” katanya.

READ:  Unhas raih penghargaan kategori GIS Advisor dari ESRI Indonesia

 

Dr Muhammad Ridwan Arie saat menjadi penanggap pada webinar SOSBOFI (dok: istkmewa)

 

“Khusus untuk vendor, langganan, dari yang sudah hampir 200 pelanggan, sebelum pandemi, setelah pandemi mengerucut sampai 40-an. Yang bertahan ini rata-rata perusahaan pembiayaan, perbankan, dan perusahaan, alat telekomuikasi, serta kantor pemerintah bidang farmasi,” jelasnya.

“Grafik turun tajam para pelanggan, boleh dikata 90 persen teman saya merasakan ini,” imbuhnya. “Terus terang dari sisi SDM, atau karyawan, itu, memang ada sampai 22 karyawan, kalau mau ditotal non terikat, bisa sampai 90 orang sama pekerjaan di pelabuhan, organik, sisa 12 orang.”

“Ada pengurangan, bukan karena dampak pandemi, sebelum pandemi saja, grafik penurunan logistik barang kargo di Makassar memang sudah terjadi, setelah badai COVID-19, semoga semua sektor akan kembal menggunakan jasa kargo,” harapnya.

Arief yang juga ketua IKA alumni SMP 10 Makassar ini meyebut bahwa saat ini di tengah pandemi, ada banyak pabrik tutup. “Otomatis, supply and demand, untuk pergerakan barang akan berkurang. Jadi terkait SDM yang sedikit dikurangi.”

Dia berharap di tahun 2021, akan normal untuk perdagangan, logistik dan kargo akan tetap diterima.

“Jadi, kalau volume, turun, pasti dari sisi nilai juga turun, jadi dari Januari 2020, itu masuk ke Februari masih stabil, masih bisa menghasilkan, dapat 1 miliar, sebulan, setelah perjalanan hingga hari ini, sangat drastis sampai 250 juta,” ucapnya.

Bagi Arief, pandemi juga memberi hikmah. “Inlah hikmahnya, bahwa suatu perusahan itu apalagi yang sudah dijalani hampir 16 tahun setidaknya bisa sampai pada suatu waktu ada atau dapat pelajaran. Saya anggap ini adalah kewajaran, nothing to loose, dalam bisnis itu ada wajar, ada masa untung dan ada masa rugi.”

Saat ditanya kekuatan modal termasuk bisa memiliki bangunan kantor tiga lantai, Arief menjawab lugas.

“Saya itu paling takut pinjam ke bank. Sementara ini belum. Saya masih ada kekuatan yang saya ingin ukur, sampai sejauh mana kemampuan saya berbisnis. Ini mengalir seperti air, mengalir saja, tanpa modal besar, ada yang ngatur,” pungkasnya.

Perlunya mindset baru

Akademisi yang mengajar manajemen bisnis pada beberapa universitas di Makassar, Dr Muhammad Ridwan ‘Rdho’ Arief mengapresiasi daya juang Haji Arief Rachman.

Dia menyebut bagaimana lika-liku seorang Arief Rachman ini sebagai ‘jiwa entrepreneur yang terbentuk dari kegagalan’. Sesuatu yang lahir dari kesadaran melihat potensi positif diri dan berani lepas dari kegagalan.

“Pak Arief melampiaskan kekecewaan ke jalur yang benar. Saya pikir, itu tidak semua orang yang bisa menyalurkan kekecewaan dan bisa membangun tingkat entrepreneurship yang baik dan mampu bertahan,” puji Arief.

”Saya salut bagaimana Raja Pindah dibangun, oleh prinsip kepercayaan mitra,” tanggapnya terkait daya tahan Raja Pindah yang masih mampu ‘me-mantain’ pelanggan dan survive dari yang sebelumnya berjumlah 200 tersisa hanya 40-an saja.

“Pelanggan bagi saya adalah sebuah resources. Membangun bisnis bukan cuma modal semata, pada kondisi COVID-19 seperti ini, perlu merawat para mitra tersebut. Merawat, keep in touch, dan itu bisa dengan tetap berhubungan dengan mereka. Ini yang membuat kita itu percaya diri menghadapi pandemi,” tambahnya.

Bagi Dr Ridwan, apa yang dihadapi Raja Pindah juga dialami oleh penyedia layanan atau bisnis serupa di dunia lain sebab ini global pandemic, orang-orang harus gesit membaca peluang, membangun jaringan dan empati sebagai manusia.

READ:  40 tahun IKA Smansa 81, dari vaksinasi massal hingga penyembelihan hewan kurban

“Semua orang kena dampak. saatnya berinteraksi dengan vendor, dengan pelanggan sambil berempati,” katanya.

Poin kedua yang disampaikannya adalah bagaimana Arief Rachman memanfaatkan sumber daya modal atau kapital yang belum terhubung dengan bank. Hal yang disebutnya sebagai salah satu alternatif memperluas dan memaksimalkan tujuan usaha.

“Kalau bisa usul, bagi usaha sebesar Raja Pindah, sangat bisa di- levarage dengan perbankan, apalagi ada banyak jenis bank termasuk syariah,” katanya.

Suasana di lantai dua kantor RAJA PINDAH di Kota Makassar (dok: K. Azis)

 

Ridwan menyampaikan ini dengan menganalogikan bank sebagai batu kecil yang bisa mengaktrol atau menuas batu besar yang hendak digerakkan dengan menggunakan stik atau tongkat. Analogi ini dia peroleh saat masa kuliahnya dulu di Unhas. Tentang perlunya melihat sumber daya tersedia sebagai pelengkap dan pengakelerasi bisnis termasuk pencapaian tujuan.

Hal ketiga yang ditekankan adalah kekuatan mindset, atau cara pandang. “Satu hal yang paling mendasar adalah mindset untuk survive di tengah pandemi,’ katanya sembari memberi contoh bagaimana dia dan timnya pernah ditempa untuk bisa survive di daerah Malino, Gowa dengan hanya berbekal pisang dan korek api.

“Hari pertama kita makan pisang, kita masak, kulit pisang kita buang. Hari kedua tidak tahu mau makan apa lagi, maka pada hari kedua, kita masak kulit pisah dan makan. Ini analogi, ketika masa pandemi, dulu, ketika normal, tidak melihat kulit pisang  sebagai resources, akhirnya kaca mata kita melihat hal-hal yang bisa jadi resources untuk bertahan,” papar Ridwan.

“Jangan-mi cari profit dulu, yang penting survive,” sarannya.

Tentang resources dan mindset ini Dr Ridwan menceritakan bagaimana pihaknya – di tempat kerjanya – mendorong kreativitas di usaha percetakan. Bagaimana dia mendorong karyawan untuk memanfaatkan ruang lempang yang ada untuk bercocok tanam hidroponik, tanam jamur hingga jahe merah.

Menurutnya, setelah panen beberapa kali, proftinya tak seberapa tapi baginya ini demi mempertahankan mindset para karyawan yang move  dari rutin melihat mesin cetak, menjadi melihat dan merawat tanaman.

“Karena kami tidak ingin mematikan kreativitas karyawan, kami mengaktifkan pikiran mereka untuk bergerak. Konsepnya dinamis, kita jadi berpikir bahwa ketika ada daun kuning, berarti nutrisinya berkurang, kita harus pakai mata untuk melihat sesuatu secara berbeda,” katanya filosofis.

Seperti optimisme Arief Rachman Pabettingi bersama Raja Pindah yang terus survive di tengah pandemi, Dr Muhammad Ridwan Arief menyebut bahwa saatnya kini mengajak teman-teman Smansa Makassar terutama angkatan 89 untuk melihat kembali sumber daya yang tersedia.

“Saat ini adalah bagaimana kita bertahan, tetap hidup dengan sumber daya yang tersedia, tidak harus merumahkan orang atau PHK tetapi memberi mindset baru tentang sumber daya yang bisa didaya gunakan di tengah pandemi,” pungkasnya.

 

Penulis: K. Azis