“Alhamdulillah rambunya telah dibuat sebagai suatu kebaharuan dalam disertasi Dr Echy. Nama Ichsan Yasin Limpo disebut dalam disertasi Echy sebagai contoh kepala daerah yang mempraktikkan diskresi inovatif.”
Prof. D.r Aminuddin Salle, S.H, M.H Karaeng Patoto.
IKASMANSAMKS.ORG – Prof Dr Aminuddin Salle, S.H, M.H Karaeng Patoto, tokoh Galesong yang juga Guru Besar Hukum Agraria Universitas Hasanuddin bersukacita. Putrinya, Deasy Mauliana sukses menggenapkan gelar akademik Doktor setelah mendalami tema kebijakan diskresi Pemda.
“Alhamdulillah anak kami Deasy Mauliana telah menyelesaikan Program Doktornya di Fakultas Hukum Unhas dengan judul disertasi Kewenangan Diskresi Inovasi dalam Peningkatan Pelayanan Pemerintah Daerah,” jelas Prof Aminuddin Salle, S.H, M.H kepada IKASMANSAMKS.ORG, Selasa (27/10)
Menurut Prof Amiruddin, Deasy menyelesaikan studi Doktor dalam usia 35 tahun.
“Usia kakaknya, Doktor Buyung Romadhoni 36 tahun pada saat doktor di Universitas Brawijaya Malang. Sementara saya menyelesaikan studi doktor pada usia 51 tahun,” katanya.
Menurut pendiri rumah adat dan budaya Balla Barakka r Galesong ini, pecapaian kedua anaknya tersebut adalah langkah lebih maju. Jika Doktor Buyung menekuni Ilmu Ekonomi, Dr Deasy menjadi Doktor Hukum seperti keilmuan ayahandanya.
“Terima kasih para pihak yang telah memberikan bantuannya, semoga bernilai ibadah,” katanya.
Karaeng Patoto yang mengamati minat dan kecintaan putrinya pada Ilmu Hukum membuatnya yakin bahwa Deasy, bisa fokus dan disiplin hingga bisa menyelesaikan kuliah S3-nya.
“Sejak taman SMA, Echy panggilan akrab Deasy – menjadikan bidang hukum sebagai satu-satunya pilihan. Kesungguhan mengikuti jejak studi ayah dan ibunya, Suryana, dia buktikan dengan tekun,” puji Prof Aminuddin.
“Patut disyukuri sebab Deasy bisa menyelesaikan program Sarjana Hukum dengan lulus cumlaude, demikian pula dengan studi S2-nya yang lulus predikat cumlaude,” imbuh Prof Aminuddin.
Sempat waswas
Ada hal yang sempat bikin waswas Prof Aminuddin saat melihat proses kuliah Doktoral putrinya, yaitu, menjalankan proses kuliah dan riset sementara pada saat yang sama harus mengajar pada Politeknik Lembaga Administrasi Negara.
“Dalam menempuh studi S3, begitu banyak rintangan yang dihadapi, termasuk pekerjaan di kantornya sebagai dosen di Politeknik Lembaga Administrasi Negara, yang juga diberi tanggungjawab tambahan dalam adminitrasi pengelolaan akademik,” sebut Prof Aminuddin.
Situasi rentan yang buat keluarga Karaeng Patoto waswas adalah perihal kesehatan Deasy Mauliana saat hendak menyelesaian disertasinya.
“Pada masa akhir studinya di S3, dan dalam keadaan hamil besar bahkan terpapar COVID-19 bersama suaminya Dian Apriadie, anaknya Muhammad Yusuf Dzaky, sehingga berempat dirawat di rumah sakit,” ungkapnya.
“Alhamdulillah semua rintangan dapat dilalui dengan kesadaran bahwa untuk melewati pendidikan dengan derajat tertinggi ini pasti banyak kendalanya,” kata Prof Aminuddin.
Diminati Pemda
Yang membuat Prof Aminuddin berlipatganda kebahagiaan adalah banyaknya pihak terutama Pemerintah Daerah di Sulsel yang tertarik pada tema riset Dr Deasy Muliana karena menyorot kebijakan diskresi Pemda sebagai solusi pembangunan.
“Alhamdulillah rambunya telah dibuat sebagai suatu kebaharuan dalam disertasi Dr Echy. Nama Ichsan Yasin Limpo disebut dalam disertasi Echy sebagai contoh kepala daerah yang mempraktikkan diskresi inovatif. Alfaatihah buat almarhum,” puji Prof Aminuddin Salle.
“Sesaat setelah promosi doktor Echy – panggilan akrab Deasy – telah ada beberapa orang pihak Pemda yang order naskah disertasi. Mungkin mereka sadar bahwa di satu pihak pemda harus inovatif, pada pihak yang lain mereka juga harus waspada terhadap persoalan hukum. Mestinya disertasi ini segera dicetak dalam bentuk buku,” sebut Karaeng Patoto.
Syamsu Salewangang, aktivis LSM dan tokoh Takalar memberi apresiasi atas kajian Dr Deasy Mauliana sekaligus memuji ide diskresi Ichsan Yasin Limpo, mantan Bupati Gowa.
“Wah mantap judul disertasinya. Kalau tidak salah soal PP/38/2017 tentang inovasi daerah. Moga-moga bisa menambah keberanian daerah berinovasi dalam menyejahterakan rakyatnya,” katanya via Whatsapp
Menurut Syamsu, dengan disertasi Dr Deasy Muliana ini maka diskresi sesungguhnya sudah diperkuat latarnya, maka akan makin kuatlah pijakan para kepala daerah dalam berinovasi.
Diskursus mengenai perlu tidaknya diskresi dapat dilihat pada alas fakta ‘das sein’ kasus kebijakan Bupati Jembrana Bali, Bupati Sragen hingga Gubernur DKI tentang permintaan ke pengembang reklamasi untuk menambah pemasukan daerah. Di satu sisi dianggap baik, tapi dalam praktiknya dianggap bertentangan dengan hukum.
Diskresi SKTB yang dicetuskan oleh Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo juga sempat menimbulkan polemik namun dalam disertasi Deasy mendapat ‘pujian’.
“Selamat atas promosi Doktornya adik Deasy, betul-betul sangat membantu para kepala daerah. Tentu saja untuk rakyat Indonesia,” katanya.
Dia juga memberi pujian atas inovasi mantan Bupati Gowa 2 periode, Ichsan Yasin Limpo. “Terlepas dari kontraversi beliau, almarhum Ichsan Yasin Limpo – Alfatiha untuk beliau, inovasi IYL tentang SKTB sebenarnya sangat fundamental dalam pembangunan pendidikan dasar kita.” tulisnya.
“SKTB atau Sistem Kelas Tuntas Berkelanjutan (SKTB) melompati jangkauan UU Sisdiknas kita,” pungkas pria yang biasa disapa Ancu dan bekerja di salah satu LSM internasional bertema anak di Jakarta ini.
Editor: K. Azis