“Mantaf, cuma edede, saki kapala inga disuruh guru, hapal nama-nama pahlawan sama asal daerah, tanggal lahirnya.”
IKASMANSAMKS.ORG – Hari ini sedang ramai grup Whatsapp tentang Hari Pahlawan 2020. Dari sekian pesan yang masuk, ada satu pesan yang terasa lucu dan ‘sarkas’.
“Tanggal 10 November, Hari Pahlawan, jika anda bangunnya siang maka anda akan menjadi pahlawan kesiangan.” Dapat kan di grup WA, sosodara?
Terasa nyelekit tapi bisa dimaknai positif untuk segera bangun sepagi mungkin lalu banting tulang, peras keringat, jaga kesehatan.
Selamat Hari Pahlawan ya, pembaca sekalian!
Oh iya, hari ini, 10 November 2020 memang diperingat sebagai Hari Pahlawan. Bagi sosodara yang kerap membaca atau mendengar kisah heroik arek-arek Suroboyo nun lampau, maka perjuangan Bung Tomo itulah basis penentuannya.
Kisah kepahlawanan kaum muda di Surabaya saat menentang Jenderal Mallaby dan pasukannya untuk bercokol kembali itu sebagai tonggak kisah pahlawanan yang menjadi pesan penting bagi generasi muda sesudahnya.
Nah bagi anak-anak Smansa Makassar terutama angkatan 1989 – biasa disebut SOSBOFI – yang saat ini sebagian besar telah mempunyai putra-putri usia antara 20 hingga 25 tahun, peringatan Hari Pahlawan ini mengingatkan mereka pada setidaknya tiga prosesi.
Pertama, upacara ziarah nasional atau ke taman makam pahlawan, lalu ada upacara tabur bunga di laut serta upacara penganugerahan Pahlawan Nasional oleh presiden.
“Iya, biasanya seperti itu, dan ini sarat makna. Baik untuk generasi muda maupun demi memupuk semangat kebangsaan saat ini dan ke depannya, “ kata Kolonel (Kav) Abdul Haris, Pamen Ahli Bidang Hukum Kodam XIV/Hasanuddin yang juga alumni SMA Negeri I angkatan 89.
Menurut mantan Aster Kodam Merdeka Manado ini, mereka yang berjuang demi keluarga tercinta adalah juga Pahlawan. “Selamat Hari Pahlawan, 10 November 2020,” ucapnya.
Sementara itu Randan Bunga, alumni Kelas Fisika Smansa Makassar angkatan 89 menyebut makna Hari Pahlawan saat ini adalah bagaimana menjadi pahlawan untuk diri sendiri saja dulu.
“Bagi saya, Hari Pahlawan itu, kalau kita tidak terkena macet di jalanan,” kata Dr Hermien A. Magga, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Cokroaminoto Makassar.
“Maksud, saya mari jadi pahlawan untuk tidak buat macet jalanan di Makassar,” jelas lulusan Kelas Biologi ini.
“Pahlawan itu adalah mereka yang bertahta di hatiku,” sambut Yoek, seorang alumni lainnya yang kini bekerja di salah satu Kementerian di Jakarta.
Jumain, fisioterapis yang kini bekerja di Bantaeng, punya pandangan lain saat perayaan Hari Pahlawan semasa di SMA I Makassar.
“Kesannya, panas apalagi kalau pidatonya 10 lembar, tambah lagi lagu-lagu kebangsaan,” sebutnya.
“Selamat hari pahlawan buat semua yang berjuang mencari nafkah bagi keluarga,” timpal Ayu Widowati, alumni yang kini berdomisili di Jakarta.
Peringatan Hari Pahlawan semasa SMA juga berkesan bagi Minhajul Abidin. Dia memberi tanggapan setelah Sigit, alumni lainnya menyodorkan gambar para pahlawan nasional yang memorable.
“Mantaf, cuma edede, saki kapala inga disuruh guru, hapal nama-nama pahlawan sama asal daerah, tanggal lahirnya,” seru pekerja CSR perusahaan tambang. Kenangan tentang gambar para pahlawan itu juga dialami Dr Ida Nuraida.
“Ingat ngat jaman dulu ngapalin gambar ini,” tanggapnya.
Tenri Csitara, dari Gowa, punya perspektif lain terkait perayaan dan makna Hari Pahlawan.
“Kalau orang kanker yang melakukan kemoterapi, kita adalah pahlawan bagi diri kita sendiri. Dari perspektif agama, termasuk jihad,” ucapnya.
Sosodara tahu kan, kalau ada Makam Pahlawan Nasional Pangeran Diponegero di Kota Makassar? Jika itu ditanyakan ke Ronny Suteja, maka dia akan jawab. “Iya, di depannya ada (warung), enak baksonya,” tutupnya.
Penulis: K. Azis