Komunitas goGOsS89 SOSBOFI jajal destinasi wisata Lakkang di akhir pekan

Komunitas goGOsS89 SOSBOFI jajal destinasi wisata Lakkang di akhir pekan
Lakkang Island, salah satu destinasi apik di utara Kota Makassar yang menyuguhkan pemandangan ekosistem mangrove, alur sungai serta bunker peninggalan Jepang (dok: pelakita)

IKASMANSAMKS.ORG – Komunitas pesepeda goGOsS89 Smansa 89 Makasaar atau biasa disebut SOSBOFI menggelar touring ke Kelurahan Lakkang, Kota Makassar, 25/7/2021.

Kelurahan Lakkang adalah salah satu destinasi wisata Kota Makassar yang menyuguhkan pemandangan pesisir sungai, lansekap delta sungai dan kondisi permukiman yang masih tradisional. Pemkot Makassar pun sudah banyak memberi perhatian dengan menata dermaga hingga membuatkan aksara raksasa ‘Lakkang Island’.

Touring bermula di titik kumpul depan Bank Mandiri, Jalan Boulevard, dan melintasi Jalan Abdullah Daeng Sirua, kemudian berbelok ke PLTU Tello, Jalan Perintis Kemerdekaan lalu masuk Kampus Unhas sebelum menyeberang dari Kera-Kera menuju Lakkang.

Mengenakan kostum oranye, atau kostum ketiga mereka, rombongan bergerak dipimpin oleh Ketua Komunitas goGOsS89, Hasbullah Bo’.

Ketua komunitas goGOSsS89 Hasbullah Bo saat memimpin tur ke Lakkang (dok: Pelakita)

Beberapa anggota komunitas yang hadir adalah Abdul Haris, Andi Syafril,  K. Azis, Thomas Patepoi, Arhie dan keluarga SMANKA seperti Ikha Rafiqa, Elva Haris, Rhiena, Donna, Yani Wira, Ningsih Umar, Agnes Thomas dan simpatisasn goGOsS89, Teten.

Suasana seru telah dirasakan saat peserta gowes melintas di Jalan Perintis Kemerdekaan dan melintas di dalam kompleks Unhas. Suasana adem, pagi yang cerah, pohon-pohon yang besar dan menjulang menjadi latar perjalanan mereka.

READ:  Smansa 84 gelar HBH di Rooftop Remcy, Andi Ina: Semoga selalu kompak terus

“Setelah sampai di Lakkang, kita akan berkeliling sepeda, melintasi kampung dan melihat bunker Jepang,” terang Bo’ saat tiba di dermaga Lakkang.

Emak-emak SMANKA tak ketinggalan pada tur Lakkang kali ini (dok: Pelakita)

Perjalanan ditempuh kurang lebih 20 menit dari Kera-kera ke Lakkang. Ada dua dermaga yang dilewati sebelum sampai di dermaga utama.

Suasana tenang di alur Sungai Tallo nampak istimewa saat menyaksikan bangau mengepakkan sayap, juga peperahu yang lalu lalang membawa penumpang dan nelayan bersampan yang sepertinya baru pulang memasang pukat.

Di atas rakit terdapat 11 penumpang selain peserta gowes. Ada yang berencana memancing, ada pula warga yang sedang anjangsana ke Lakkang.

Peserta gowes berfoto di depan Kampus Unhas (dok: Pelakita)
Suasana di atas perahu rakit tumpangan (dok: Pelakita)

Sesampai di dermaga, peserta menikmati bekal yang dibawa seperti songkolo, telur, roti, dan aneka penganan snack. Setelah itu mereka menikmati pemandangan di Lakkang, menyapa warga dan berkunjung ke bunker.

Lakkang nampak berbeda dengan kampung-kampung di tepian Kota Makassar, selain karena berupa pulau delta, juga karena vegetasi seperti bambu dan mangrove yang masih tebal.

Para peserta saaat mendarat di Lakkang (dok: Pelakita)
Menyaksikan bunker Jepang di Lakkang (dok: Pelakita)
Abdul Haris saat ada di kompleks bunker Jepang (dok: Pelakita)

Menurut Haji Singsing dan Haji Bado, warga Lakkang, warga kampung Lakkang hidup, bertahan, dengan memanfaatkan hamparan sawah dan empang.

READ:  M Zulficar Mochtar dan lawan seperjuangan

Di empang, mereka membesarkan bandeng dan sesekali udang. Rumah warga pun masih banyak yang berupa rumah panggung, layaknya rumah-rumah tradisional Sulawesi Selatan tahun 70-an.

“Saya lahir dan besar di sini. Hidup dari sawah, dan juga empang,” kata H. Singsing.

Peserta balik dari Lakkang pada pukul 9 pagi dan memilih jalur lain yaitu dermaga terdekat ke pintu tol. Pemandangan apik nampak saat mereka melintas di atas pematang sempit, di tepi sungai.

Peserta melintas pematang tambak, kembali ke pusat kota Makassar (dok: Pelakita)

 

Editor: K. Azis