Rektor Unhas: politik identitas adalah keniscayaan, antisipasi dampak negatif

Rektor Unhas: politik identitas adalah keniscayaan, antisipasi dampak negatif

IKASMANSAMKS.ORG – Rektor Unhas, Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, MA, mengatakan bahwa politik identitas di Indonesia merupakan keniscayaan.

Untuk itu, perlu langkah kreatif dan antisipatif untuk mencegah dampak negatifnya. Pluralisme di Indonesia merupakan kondisi normal, karena Indonesia pada dasarnya memiliki keragaman etnik, budaya, dan agama.

Hal itu disampaikan Prof. Dwia ketika menjadi narasumber pada Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka Kajian Strategik Jangka Panjang tentang “Pengaruh Politik Identitas Terhadap Demokrasi di Indonesia”.

Kegiatan yang digelar oleh Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) Republik Indonesia ini berlangsung pada Jum’at (4/6), pukul 13.30 Wita di Hotel Rinra, Makassar.

Selanjutnya Prof Dwia menjelaskan bahwa pada satu sisi, politik identitas berdampak terhadap demokrasi di Indonesia.

Namun, hal yang sama juga terjadi sebaliknya, mengingat demokrasi melewati masa pasang surut, terutama setelah proses reformasi.

“Jadi, selain penting untuk mendiskusikan pengaruh politik identitas terhadap demokrasi di Indonesia, juga penting untuk membahas bagaimana pengaruh demokrasi terhadap politik identitas di Indonesia,” kata Prof. Dwia.

READ:  Keluarga SOSBOFI laksanakan penyembelihan hewan kurban di Kampung Cedde

Bersama Prof. Dwia, FGD menghadirkan dua narasumber lain, yaitu: Prof. Dr. Armin Arsyad, M.Si (Dekan FISIP Unhas), dan Dr. Phli. Sukri, M.A (Wakil Dekan Bidang Akademik FISIP Unhas).

Sementara itu, bertindak sebagai penanggap adalah Prof. Dr. Hamzah Halim, SH, MH (Wakil Dekan Bidang Akademik Fakultas Hukum Unhas), Dr. Andi Faisal (Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kemintraan, Fakultas Ilmu Budaya Unhas), dan Dr. Tasrifin Tahara (Antropolog Unhas).

Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, menjelaskan bahwa FGD ini merupakan upaya untuk mencari solusi atas dampak negatif terhadap politik identitas di Indonesia.

Dalam beberapa tahun terakhir, demokrasi nampaknya telah memicu lahirnya pendekatan identitas dalam politik, yang berpotensi memberi dampak negatif.

“Saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Prof Dwia. Politik identitas memang adalah keniscayaan di Indonesia, yang mempunyai dampak positif dan juga negatif. Nah, seri FGD yang kami lakukan ini dimaksudkan untuk mengkaji dampak negatif tersebut,” kata Agus.

FGD Lemhannas kali ini merupakan sesi keempat, setelah sebelumnya pada Kamis (3/6) berlangsung FGD sesi pertama dan kedua, dan pada pagi hari (Jum’at, 4/6) sesi ketiga.

READ:  Lima mahasiswa FH-UNHAS raih prestasi pada Kejuaraan Karate Nasional virtual

Acara yang dipandu oleh Ishaq Rahman (Kasubdit Humas dan Informasi Publik Direktorat Komunikasi Unhas) sebagai moderator ini berlangsung hingga pukul 17.00 Wita.(*/mir)