Sejarah dan kontribusi Witaris Unhas bagi pembangunan daerah: Cerita Prof Sumbangan O. Baja

Sejarah dan kontribusi Witaris Unhas bagi pembangunan daerah: Cerita Prof Sumbangan O. Baja
Prof Sumbangan Baja mewakili Witaris memberi asistensi untuk Pemda Wakatobi dalam pengelolaan ruang, 2014 (dok: K. Azis)

IKASMANSAMKS.ORG – Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Keuangan, dan Infrastruktur Prof. Ir. Sumbangan Baja, M.Phil, Ph.D menuliskan pengalamannya bersama WITARIS, salah satu Puslitbang di Unhas yang disebut banyak berkontribusi pada pembangunan dan pengelolaan ruang daerah terutama di Indonesia Timur.

Berikut tulisan Prof Sumbangan sebagaimana dikutip dari laman media sosialnya.

Witaris, itulah aknonim dari nama suatu pusat penelitian dan pengembangan di Unhas; suatu sebutan yang cukup dikenal oleh para ilmuan dan praktisi di bidang kajian wilayah dan pemetaan, GIS, dan remote sensing, baik di lingkungan Unhas maupun Pemerintah Daerah dan Pusat.

Witaris sebenarnya adalah singkatan dari ‘wilayah, tata ruang, dan informasi spasial’.

Saya teringat sekitar tahun 2010, Rektor Unhas saat itu Prof Idrus Paturusi merencanakan mereformasi pusat-pusat studi di Unhas yang jumlahnya banyak sekali, namun kurang efektif.

Rencana ini merupakan bagian dari program besar Rektor untuk memperkuat jejaring kerja sama Unhas dengan berbagai mitra dalam dan luar negeri, agar riset dan pengembangan di Unhas dapat berjalan lebih cepat dan menghasilkan output dari dharma kedua dan ketiga perguruan tinggi.

Salah satu yang ingin dihidupkan Rektor adalah Pusat Kegiatan Penelitian (PKP), dengan dukungan Puslitbang dan laboratorium terpadu. Prof Idrus selalu ungkapkan ini pada berbagai kesempatan.

Teringat pada akhir November, beliau meminta untuk dibentuk Tim Kajian Kelayakan untuk Pembentukan Pusat Penelitian dan Pengembangan, di bawah komando langsung Wakil Rektor Bidang Akademik Prof Dadang, dan diminta arahan Ketua Senat saat itu Prof Natsir Nessa.

Saya senang diajak untuk masuk sebagai salah satu anggota Tim Kajian; kebetulan saja baru selesai bertugas sebagai Ketua Jurusan Ilmu Tanah. Jumlah pusat studi, pusat penelitian, dan divisi saat itu sangat banyak, sekitar 30-an. Sehingga, kajian dan diskusi yang dilakukan oleh tim cukup panjang, dan dengan konsep yang kami bawa, beberapa pusat penelitian harus dilebur.

Lebih rumit lagi saat tim melihat siapa saja para kepala pusat dan divisi yang sementara menjabat. Namun, dengan prinsip tata kelola yang efektif terjadilah peleburan, penghapusan, penggabungan, dan penambahan. Tampaknya, dalam teori organisasi moderen hal tersebut lumrah dalam rangka menyesuaikan perkembangan zaman. Juga disepakati bahwa hanya digunakan satu istilah: Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang).

Saya diminta khusus Prof Dadang untuk meramu konsep dan menetapkan nama untuk penggabungan dua pusat studi dan divisi: Pusat Studi Kawasan dan Pedesaan (Kepala saat itu Prof. Sofyan Djamal Rahimahullah), dan Divisi Tata Ruang (Dr. Rusnadi Pajung, yang saat itu sementara ditugaskan menjadi salah satu direktur di Kementerian PDT).

Dari hasil kajian saya usulkan nama Puslitbang Wilayah, Tata Ruang, dan Informasi Spasial (disingkat WITARIS), sekaligus konsep pengembangannya. Ini terjadi juga untuk pusat-pusat lainnya yang dikaji oleh rekan-rekan setim.

Alhasil, Peraturan Rektor No 4666/H4/O/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja LP2M Unhas ditandatangani Rektor tanggal 10 Januari 2011. Witaris ada di antara 11 Puslitbang yang dibentuk berdasarkan Peraturan tersebut.

Lahirnya Witaris membuat Unhas lebih meningkat kontribusinya kepada masyarakat dan pemeritah pada aspek manajemen wilayah. Apalagi, adanya amanat UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Perpres No. 85 tahun 2007 tentang Jaringan Data Spasial Nasional, dan kemudian belakangan lahir UU No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial. Juga saat itu tengah marak pemekaran daerah, baik provinsi maupun kabupaten/kota.

Prof Sumbangan O. Baja, ketiga dari kiri semasa mendampingi Pemda Wakatobi dalam pengelolaan ruang daerah (dok: istimewa)

Secara kebetulan saja, tanggal 11 Januari 2011 sehari setelah Peraturan Rektor No. 4666 ditandatangani Rektor, ternyata saya telah terjadwal melaksanakan pengukuhan Profesor/Guru Besar di bidang Sistem Informasi Sumber Daya Lahan dan Wilayah, di hadapan Senat dan hadirin termasuk beberapa tamu penting (beberapa Kepala Daerah hadir menyaksikan). Topik pidato yang saya bawakan berjudul “Peran Besar Informasi Geospasial dalam Pembangunan Wilayah”.

Pada sambutan penutupnya, Prof Idrus menyebut secara berulang-ulang beberapa kalimat tentang urgensi yang harus segera dilakukan dalam manajemen pembangunan wilayah khususnya terkait kelangkaan lahan berkualitas, dan pemanfaatan teknologi informasi.

Penggunaan peta digital secara interaktif saat ini (Google, WebGIS, berbagai Sistem Informasi online) untuk berbagai kepeluan dibahas saat itu.

Pada tanggal 12 Januari 2011, sehari setelah acara pengukuhan tersebut, sejumlah kepala Puslitbang dilantik oleh Rektor. Saya salah satu di antara 11. Kami diberi tantangan berat.

Tidak ada struktur atau jabatan selain kepala Puslitbang. Jika ingin angkat sekretaris, silakan, tapi tidak diberi tunjangan karena memang tidak ada nomenklatur jabatan itu.  Sehingga, kepala puslitbang berfungsi sebagai koordinator kegiatan. Tantangan berat diberikan, karena harus bergerak cepat, jalin kerja sama, dan jalankan riset dan publikasi.

Alhamdulillah, sejak tahun 2011, Witaris dapat menjalankan fungsinya dengan baik, dan merupakan salah satu Puslitbang yang cukup besar berkontribusi pada masyarakat, pemerintah daerah, dan Unhas.

Tim adhoc kerjasama selalu dibentuk sesuai keahlian yang dibutuhkan, dengan memanfaatkan dosen yang ada di berbagai fakultas. Ketua dan anggota tim selalu disesuaikan dengan bidang keahlian dosen. Sehingga, Puslitbang ini selalu menjadi tempat ‘diskusi’ bagi dosen-dosen dari berbagai fakultas dan keahlian, dalam rangka mengerjakan kegiatan kerjasama dengan mitra.

Nilai kerjasama cukup besar tiap tahunnya, beberapa tahun tertentu hingga mencapai belasan kegiatan penelitian dan pengembangan per tahun.

Belum lagi Witaris menjadi besar dan terkenal di tingkat nasional saat ditunjuk sebagai Pusat Pengembangan Infrastruktur Data Spasial (PPDS) oleh Badan Informasi Spasial, pada tahun 2012, yang diikuti dengan hibah fasilitas IT untuk komputerisasi termasuk server berkapasitas besar, sebagai bank data. PPDS merupakan simpul jaringan data spasial nasional yang melibatkan pemerintah daerah di dalam jejaring tersebut.

Karya Witaris ada dimana-mana dalam bentuk ril hasil perencanaan dan penataan ruang wilayah, termasuk pengembangan berbagai sistem aplikasi berbasis spasial. Hingga saat ini, kepala Puslitbang Witaris telah berganti dua kali, dan Witaris tetap menunjukkan eksistensinya sebagai Puslitbang yang dikenal, berdedikasi, berorientasi pada pengembangan, dan terus memberikan kontribusi secara ilmiah pada Unhas, pemerintah, dan masyarakat.

 

READ:  M Zulficar Mochtar dan lawan seperjuangan

Editor: K. Azis