IKASMANSAMKS.ORG – Sudirman Nasir adalah ilmuwan langka asal Unhas. Gesit menulis opini kesehatan masyarakat, dari media lokal hingga internasioal. Dia aktif meriset di akar rumput, dari pedalaman Nusa Tenggara Timur hingga pelosok mancanegara. Dalam bulan Mei 2021, dia mendapat penghargaan Pittu Laungani yang prestisius.
“Anak pedagang tembakau Haji Nasir, pengagum Raja Dangdut Rhoma Irama,” kata Muhary Wahyu Nurba.
Muhary adalah sahabatnya, sesama pendiri Masyarakat Sastra Tamalanrea pada masa kuliah di Kampus Merah Unhas.
Muhary bilang itu saat kami bersua di salah satu mall di Kota Makassar beberapa tahun lalu.
Menyebut Sudirman Nasir yang selalu ceria ini selalu terpaut pada kisah-kisah lawas kenangannya dengan Rhoma Irama, A Rafiq hingga Farouk Afero.
Jika membaca obrolan kami di social media seperti Facebook, obrolan tentang Raja Dangdut itu adalah magnet yang menyedot kami ke masa-masa SMP hingga SMA.
Sudi, begitu sapaannya sangat menguasai kisah-kisah romantik dan menggemaskan dari Bang Haji. Coba saja cek, di-browsing pada laman FB-nya.
“Dalam aku berkelana…Mirasantika, atau Ani, Ani, Ani…”
***
Penulis pertama mengenal Sudirman Nasir melalui tulisan-tulisannya di media lokal Makassar tahun 90-an.
Sosok yang rendah hati ini banyak menjadi perhatian ketika ikut mengkampanyekan pencegahan HIV-AIDS tahun 90-an bersama aktivis LSM Makassar saat AusAID menyiapkan dana untuk sosialisasi dan peningkatan pengetahuan masyarakat atas penyakit HIV-AIDS.
Latar belakangnya sebagai alumni kedokteran dan aktif berkesenian menjadi modal kuat bagi Sudirman berinteraksi aktivis LSM di Makassar saat itu.
Dia berteman banyak aktivis LSM saat itu seperti Asmin Amin, Azhar Arsyad hingga Abdul Rasyid Idris.
Kini, pria berkacamata tebal yang lahir pada 31 Desember 1973 di Soppeng, Sulsel, ini adalah ilmuwan kelas dunia bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat. Keahliannya, antara lain atas perilaku berisiko remaja dan obat terlarang, HIV-AIDS kesehatan ibu, serta penyakit tidak menular.
Lahir dan besar di Cabbenge Soppeng, dan berprestasi sejak SMP mengantarkan Sudi -untuk diterima di SMA Negeri I Makassar angkatan 91.
Sudi seangkatan ekonom Arianto Patunru, dosen UI yang kini mengajar di Australia, Tomi Lebang, penulis dan anggota tim media Presiden Jokowi.
Sudirman diterima di Unhas dan menyelesaikan kuliah di Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, lulus 1998.
Penulis mulai intens berkomunikasi dengan Sudi saat getol berbagi kabar di mailing list komunitas Makassar di Panyingkul tahun 2007.
Sejak 2004, Sudi memulai studi master, selesai 2006. 2007 mulai program Ph.D dan selesai 2011. Tahun ini bulan Agustus nanti tepat 10 tahun pulang ke Indonesia atau Makassar.
Dia adalah alumni pascasarjana Master in Women’s Health di University of Melbourne dan menyelesaikan tesisnya berjudul Stories from the lorong; Drug subculture and the social context of HIV-risk behaviours among intravenous drug users in Makassar, Indonesia, dengan kategori First Class Honours.
Sudi lalu melanjutkan penelitian terkait penggunaan obat-obatan terlarang di lorong (kawasan ekonomi bawah) di Makassar dalam disertasinya yang berjudul Drug use and non-drug use among young people in a lorong (slum area) in Makassar, Indonesia.
Fokus penelitian Sudi bermula dari ketertarikannya pada perilaku berisiko remaja di kawasan menengah ke bawah di Makassar, lingkungan tempat tinggal Sudi pada akhir 1980-an hingga pertengahan 1990-an.
Pada masa itu, pandemi HIV-AIDS mulai muncul di Indonesia dan semakin banyak anak muda yang terpapar, terutama dari kalangan berperilaku risiko tinggi seperti pengguna narkotika suntik.
Terdapat sejumlah faktor biomedis maupun sosial-ekonomi yang memengaruhi kerentanan kelompok tersebut.
Sudi mengeksplorasi aneka faktor itu dalam tesis dan disertasinya di University of Melbourne dan menghasilkan sejumlah publikasi ilmiah.
***
Sudi seperti penjelasan di bagian depan tulisan ini juga terlibat dalam sejumlah program pencegahan dan penanggulangan HIV-AIDS di Sulawesi Selatan dan Indonesia sejak pertengahan 1990-an.
Saat itu penulis juga aktif mengkampanyekan perlawanan pada HIV-AIDS untuk masyarakat pesisir dan pulau-pulau di Selayar antara tahun 1999 hingga 2000.
Setelah menyelesaikan program doktoral di University of Melbourne pada 2011, dia kembali ke Indonesia dan menjadi pengajar serta peneliti di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Ia melanjutkan penelitian mengenai topik tersebut dan secara bertahap melebarkan topik penelitiannya pada hal-hal lain terkait kesehatan masyarakat.
Pada 2013 hingga 2018, Sudi tergabung sebagai peneliti senior dalam sebuah konsorsium penelitian lintas negara, yaitu dua negara Asia, empat negara Afrika, dan dua negara Eropa (ReachOut Consortium, didukung oleh European Commission.
Konsorsium ini melakukan penelitian lapangan pada fasilitas pelayanan kesehatan tingkat primer di sepuluh negara tersebut. Di Indonesia, penelitian lapangan dilakukan di fasilitas kesehatan berbasis masyarakat di Cianjur Jawa Barat dan Sumba Barat NTT.
Penelitian ini merupakan kolaborasi antara Liverpool School of Tropical Medicine (UK) dan Royal Tropical Institute, Belanda, yang membuahkan sejumlah publikasi ilmiah dan program peningkatan kapasitas serta kualitas layanan kesehatan di wilayah penelitian. Dalam konsorsium ini terdapat Eijkman Institute, Unhas, Universitas Sydney dan IPB University pada kolaborasi One Health, AIC.
Pada 2016 hingga 2019, Sudi terlibat sebagai peneliti senior di divisi kesehatan untuk studi “One-Health: Sustainability and profitability of cocoa based farming in Sulawesi, Indonesia”.
Penelitian ini merupakan kajian bersama antara University of Sydney dan Institut Pertanian Bogor, dengan dukungan Australia-Indonesia Centre. Penelitian lintas disiplin ini juga menghasilkan sejumlah publikasi ilmiah sekaligus upaya pengembangan dan penerapan kurikulum pelatihan One-Health bagi para tenaga kesehatan dan pertanian di wilayah itu.
Sudi tetap menjadi peneliti senior di dalam program Partnership for Australia-Indonesia Research (PAIR), Australia-Indonesia Centre hingga tahun 2022.
Pada 2014, Sudi ditunjuk oleh Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) sebagai salah satu anggota Komite Studi penyusunan dokumen SAINS45: Agenda Ilmu Pengetahuan Indonesia Menyongsong Seratus Abad Kemerdekaan hingga dokumen tersebut terbit pada 2016.
Komite Studi penyusun SAINS45 kemudian tergabung dalam sebuah organisasi otonom di bawah AIPI, yaitunAkademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI). Bersama 12 anggota komite studi SAINS45 lainnya, Sudi menjadi anggota-pendiri sekaligus Ketua Kelompok Kerja Sains dan Pendidikan ALMI yang dibentuk pada 20 Mei 2015.
Pada 2017, Sudi kembali terpilih sebagai anggota Komite Studi penyusunan dokumen Sains untuk Biodiversitas Indonesia, sebuah dokumen yang mentranslasikan SAINS45 untuk lebih dapat diimplementasikan oleh pembuat kebijakan.
***
Sejak 2019, suami Dr Hasnawaty ‘Nana’ Saleh, ini menjadi senior research fellow di Program PAIR (Partnership for Australia-Indonesia Research), Australia-Indonesia Centre (AIC), hingga tahun 2022.
Selain menulis artikel-artikel ilmiah di jurnal-jurnal akademik, Sudi juga secara berkala menulis untuk publik awam mengenai berbagai masalah kesehatan termasuk tentang pandemi Covid-19 di sejumlah media massa lokal, nasional,dan internasional.
Kontribusi Sudi di ranah ilmiah dan aktivisme di bidang kesehatan masyarakat menjadikan Sudi mendapatkan sejumlah penghargaan berupa fellowship, antara lain, Eisenhower Fellowship (Global Program, 2019), Amerika Serikat; SAME Fellowship in Liverpool School of Tropical Medicine (visiting scholar didanai oleh Kemenristek Dikti RI, 2018), UK; Asia Leadership Fellow Program (ALFP, 2017) yaitu visiting fellow di Jepang lewat dukungan Japan Foundation-International House of Japan, Tokyo.
Teranyar, Sudirman Nasir, Ph.D, mendapat penghargaan Pittu Laungani Award setelah menulis artikel ilmiahnya yang berjudul “Cultural norms create a preference for traditional birth attendants and hinder health facility-based childbirth in Indonesia an Ethiopia: a qualitative inter-country study”.
Artikel ini diterbitkan pada International Journal of Health Promotion and Education, volume 58 issue 3, tahun 2020, edisi khusus yang menyorot determinan sosial kesehatan.
Jurnal terbitan Taylor and Francis yang berbasis di Inggris dan merupakan jurnal resmi Institute of Health Promotion and Education, komunitas internasional akademisi/peneliti/profesional kesehatan yang memiliki keahlian dan minat pada promosi kesehatan.
Sudirman menyelesaikan penulisan artikelnya saat menjadi peneliti tamu (visiting fellow yang didukung oleh Program SAME Kementistek-Dikti tahun 2019) di Liverpool School of Tropical Medicine/LSTM. Dia bisa mengedit artikel dengan sejawat penelitipendamping di LSTM yaitu Professor Miriam Taegtmeyer dan Dr. Rosalind Steege.
Pittu Laungani Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada para peneliti yang artikelnya menekankan pentingnya aspek budaya lokal dan pengaruhnya pada sikap masyarakat dalam mengakses atau tidak mengakses layanan kesehatan esensil.
Editor: Kamaruddin Azis, dari berbagai sumber